"Cinta itu..." katamu suatu hari. berbisik lembut dengan latar gemerisik daun, "adalah saat dimana aku merasa bintang yang kulihat di langit malam menjadi perantara antara hatiku dan hatimu"
Aku diam. Ahh... kapan kah aku sungguh membantah katamu? Tak setuju pun aku hanya akan tersenyum seulas tipis. Setiap kata yang mengalir dari sungai suaramu entah kenapa terasa begitu gemericik.
Cinta? Aku bahkan belum terfikir hingga kesana.
Saat itu, aku hanya tahu bahwa aku mengagumimu. "Butir syurga yang jatuh ke bumi". Gumamku. Entah kenapa, beberapa kali kamu begitu terlihat menawan. bersinar dengan segala kesederhanaanmu. kau tak sempurna, jauh malah dari kata itu. Aku tahu banyak, bahkan lebih dari yang kau duga. Tapi sudah, hanya sampai situ. Merangkai pribadimu satu demi satu entah kenapa terasa begitu membahagiakan. Kamu mungkin tak kan tahu sejak kapan aku mulai menyimpan setiap tapak masa lalu yang kau tinggalkan. Aku menyukainya, bahkan sebelum menyadari bahwa itu adalah benih-benih "rasa".