Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 April 2014

Tapi Sisanya Tetap Sama

Malam ini langit syahdu membawakan kisah tentang kita
Mengalun dengan irama lambat malu-malu
Ada dawai celah ilalang dalam tempo satu-satu
Mengiringkan suara tentang kisah kita yang semakin menua

Kamu masih sama saja dengan pertama kali kita bertemu
Binar pagi yang tak pernah meredup dari saat itu
Kamu masih sama saja dengan perjumpaan kita pertama kali
Suara santun yang menggugurkan segala ragu

Lambat kupalingkan wajah ke arahmu
Ada sedikit guratan di tepi matamu saat ini
Tapi sisanya tetap sama :
Ada pancaran semangat juga hati yang hangat

Perlahan kita beranjak dari kursi rotan yang berderit
Menambah romansa malam yang kembali kita selesaikan berdua
Si kukuk, hadiah dari anak kita yang pertama, berkicau
Seakan menggodamu yang kini membungkus hangat telapak tanganku
Tanganmu tidak selembut pertama kali kita berjabat
Tapi sisanya tetap sama :
Kehangatan yang membuatku merasa terjaga


Angin mulai bertiup pelan
Sang ilalang mulai bergoyang lamat-lamat
Satu anak rambutku jatuh ke pelipis
Lembut kau rapikan ia kembali ke tempatnya
Kamu tidak setegap pertama kali kita menghabiskan waktu bersama
Tapi sisanya tetap sama :
Perhatian dan rasa cinta yang membuat segala ragu enggan menetap

Kamu semakin menua
Tapi sisanya tetap sama :
Rasa cinta dan kesetiaan yang telah kita nikmati sepanjang perjalanan ini
Akupun semakin menua
Tapi sisanya tetap sama :
Mata yang hanya memandang ke arahmu saja. Hati yang tak pernah alpa merasakan kehadiran dan rasamu.
Maka nikmat Tuhan yang mana yang mau ku-ingkari?

Rabu, 06 Maret 2013

Diam

Hari ini aku memimpikan pelangi
berkasnya lebur dalam pandangmu

Hari ini aku memimpikan hujan
retihnya lebur dalam katamu

Hari ini aku memimpikan api
baranya lebur dalam kisahmu

Kadang kita tak perlu berbincang dalam banyak kata
Ada masa aku hanya ingin melihatmu dan menunggu
membiarkan masing dari kita menikmati aliran waktu
membiarkan masing dari kita larut satu dengan lainnya

Minggu, 17 Februari 2013

Anak Senja

Apa kabar malam?
Masihkah seperti waktu silam?
Menaungi dan melindungi dari mimpi
Yang kadang datang tanpa basa-basi

Hari ini anak senja terlelap
Dengan simfoninya yang tak redam
Mengalun lembut dan semakin sayup
Namun tak pernah terlihat redup

Malam, jaga anak senja
Setelah sehari bermain bersama surya
Biar lusa ia tetap bersuka
Dan berbagi ceria ke tempat lainnya

Malam, kutitip anak senja
Biar ia mengarungi samudra
Lalu kuuntai tangga doa
Biar tak hilang satu sisi angkasa
Yang kerap dipandang bersama

Senin, 04 Februari 2013

Prasangka

Hey, apa kabar langit malam?
Ada gemintang berkelip riang
Sesekali mengerjap nakal

Hey, apa kabar lembayung?
Menggaris lempang sepanjang pandang

Ada rasa yang tiba-tiba terselap
Ada duga yang mulai mengendap
Ada ragu yang mulai tergagap

Apa kabar mentari subuh hari?
Semoga bersama fajar yang menyingsing
Semua bimbang mendadak terbang

Senin, 21 Januari 2013

Kereta Langit

Di suatu tempat awan putih bergulung
Suara harpa peri bergerincing
Di suatu tempat kereta langit terbang
Melesat di ketinggian pandang

Tak ada malaikat
Hanya insan yang penuh niat
Bumi harus hilang pekat
Menebar cahaya, meski pepat kerap melekat

Rabu, 02 Januari 2013

Jeda

diam. berbalik. dan bergegas.
nanti kita bertemu di ujung jalan ini.
di ujung mimpi ini.

mungkin memang butuh sedikit jarak
hanya sekedar memberi ruang
agar kita dapat semakin berkembang

mungkin memang butuh sedikit jeda
hanya sekedar membuktikan
bahwa segalanya berawal dari keikhlasan

Senin, 31 Desember 2012

Kita

Kita awan kecil
Yang putih. Indah. Mempesona.
Bertabur anggun di kemilau langit biru.
Bergugus. Bertiup. Berarak.
Meneduhkan pejalan yang ringan menjemput asa

Kita awan kecil yang rindu menyatu
Berkumpul. Bergulung
Menyampaikan berkah langit kepada bumi.
Membangkitkan potensi bumi ke permukaan..

Kita awan...
Yang kecil dan meneduhkan. Indah..
Yang besar dan memberi bakti.
Dinanti..

Kamis, 20 Desember 2012

Tetap Tegak



Hari ini langitku gerimis
Ada guntur kecil yang meringis
Tapi tak apa, selama bumi masih satu
Selalu ada tempat berlabuh

Hari ini langitku sayu
Awan mendung menggayut setengah malu
Tapi tak pernah ada gulita sempurna
Mentari dimanapun, asal masih punya asa

Hari ini banyak kata yang agak berat diterima telinga
Lalu kenapa?
Aku masih tegak berdiri,
berarti masih banyak cadangan energi

Hari ini ada yang bergemuruh
Rusuh
Lalu selama aku tidak runtuh,
bukankah Tuhan percaya aku berpotensi tangguh?

Kamis, 13 Desember 2012

Bukan Sekadar untuk Bertemu


merindumu... 
seperti berdiri di tengah angin
berhembus lembut penuh perhitungan

merindumu... 
seperti berada dalam padang
bunga yang bermekaran

merindumu... 
seperti menyusun bait-bait lagu
meraba, agar terdengar satu

Senin, 03 Desember 2012

Dreamer. Partner. Fighter


Ada waktu aku berjalan jauh
Lalu lelah dan kembali
Menemukanmu masih di tempat yang sama
dengan sinar wajah yang tak jua berubah

Ada waktu aku berjalan entah kemana
hilang di pengasingan
tak mengenal barang satu nama
lalu lelah. jiwa dan raga

Lalu kamu hadir
meski tak selalu dengan senyum terpasang
seringkali kita hanya bersisian
membiarkan kata hati menguntai tanpa suara

Senin, 12 November 2012

Kotak Putih

Kotak putih itu akhirnya sampai ke pemiliknya, awal november kemarin.

Terkadang, memang butuh sedikit bahkan banyak jalan memutar yang perlu dilalui hanya untuk menemukan bahwa sejak awal kita telah berada di tempat yang dituju.
Proses.

Rabu, 17 Oktober 2012

Terjebak


remah-remah roti yang disebar dua anak yang diusir
gagak lapar tak ragu mematuknya
semut, dan binatang kecil lain turut berlomba
dua anak tersasar hingga rumah yang mengundang lapar

nenek baik hati menyapa dan melayani
dua anak kenyang tak sanggup menahan kantuk
terbuai dalam mimpi, terbangun dalam bui
dua anak dibuat gemuk biar bisa jadi lauk

nenek baik jadi jahat tak terelak
rumah enak sekarang jadi muak
dua anak memutar otak
saatnya keluar memberontak

Jumat, 17 Februari 2012

Titip Salam Lewat Awan

"bolehkah?" tanyaku dalam hati
ah..sudahlah
aku menggeleng keras
berharap pikiran itu lepas
seperti serpih debu di tikar kayu

langit ceria, awan putih berarak berlatar langit biru
aku dibawah sini. di atas bumi yang terlapis debu
ada senyum kecil tersungging,
membayangkan awan menjatuhkan keranjang
kecil saja.
akan kuisi dengan berjuta kata, bahagia

lalu awan kembali pergi
digiring angin yang bertiup mengayomi
sampai ke atas kepalamu yang entah sedang apa
di suatu tempat di belahan bumi lainnya

keranjang kecil itu jatuh
cukup dekat hingga buatmu melirik ingin tahu
perlahan, tanganmu terulur meraihnya
--ah, andai tanganku bisa ada di sela-selanya--
matamu membaca bait yang kutuliskan penuh rasa
--menunggu waktu mata itu kan menatapku saja--
lalu bibirmu menggaris lengkung rembulan
--karenaku--

aku tersenyum kecil. lalu berdiri, dan berbalik pergi.
mengibaskan kepala sekali lagi.
dari semua mimpi, itu yang tak mungkin terjadi

karena awan tak membawa keranjang kecil
dan hujan selalu serupa air
dan kata juga rasa yang kutempa
mungkin tak kan sampai di tempatnya

Minggu, 29 Januari 2012

Ana Ukhtukunn Fillah



Aku memain jemari,
menerka-nerka tentang kita
sepuluh, seratus, bahkan seribu tahun lagi

"Cinta"
faktanya tak semudah yang diucapkan
aku, kamu, kita
aku tahu ada satu ikatan
tapi sampai kapan kita akan terus sama
melangkah menuju arah yang sama
meniti langkah yang sesekali mungkin berbeda

ada saat dimana aku dan kamu berselisih
bertahan dengan apa yang kita anggap paling benar
lalu kita terpisah

ada saat pada malam-malam temaram aku bersimpuh
mengenangmu dan memohon kebersamaan kita
ssemoga tetap sama. semoga tetap setia

aku ingin kita tetap satu
sepuluh, seratus, bahkan seribu tahun lagi
tak hanya di dunia, tapi juga alam setelah itu

Rabu, 18 Januari 2012

Yang Lebih Terang dari Mentari

Mungkin dia yang pernah hadir kau sebut "mentari"
tapi langit tak hanya ada mentari, lalu bumi
Yang menerangi, dan diterangi

Sabtu, 14 Januari 2012

Satu Malam, Seribu Malam

Aku menantimu di ujung senja
Pada malam malam dimana kapal membawamu berlayar
jauh
hingga pandang tak lagi mampu menahannya

air mataku menetes
antara bahagia dan rindu yang meraksasa
entah darimana firasat itu menyapa
Tuhanmu
mungkin begitu rindu

Kamis, 12 Januari 2012

Tanah Gersang Merindu Tetes Hujan

aku merindu ...
seperti tanah gersang merindu tetes hujan

aku tak mengenal pekat,
aku tak tahu bahwa malam itu hitam
seperti apa yang biasa diungkap
ini Jakarta, dengan langitnya yang kemerahan

Entah apa yang tersirat di dalamnya
cermin pribadi-pribadi "modern" penuh obsesi
merah, semerah langitnya

Senin, 12 Desember 2011

Himitsu no Niwa


Di taman kecil kita, kita menarikan tarian pelangi. Di taman kecil kita dulu kau meratap, dengan pandang yang tak bisa dibilang berseri, seakan menggugat hidup. Di taman kecil kita, pada hari yang cerah pandangmu justru tampak penuh luka. Mencari pembenaran tentang sesuatu yang kau tahu salah. Di taman kecil ini saat aku tengah berimaji, melempar tubuh tinggi sambil berharap pergi dari bumi. Aku melihat setitik cahaya darimu, air mata yang pantulkan sinar bulan yang saat itu purnama.

Tempat ini biasa saja, taman kecil yang lama ditinggalkan dan tanpa sengaja menjadi taman rahasia kita. “Ini tempatku menggugat hidup” katamu satu hari saat bulan bersinar sedikit kemerahan.

Rabu, 07 Desember 2011

Teruskan

bisakah kita berhenti
memainkan rembulan yang tak berniat beranjak meski selangkah

bisakah kita berhenti
menepuk air yang kita tahu akan memercikkan airnya kembali ke kita


bisakah kita berhenti
berlari menuju bintang yang kita tahu tak akan tercapai


Selasa, 06 Desember 2011

Warna

“aku suka hitam”
ujarmu dengan semangat.
dengan sentuhan warna merah
tipis
di beberapa bagian saja

“ya, aku suka putih”
katamu lain waktu
aku tahu
sebab semua yang kulihat darimu