Jumat, 31 Oktober 2014

Malam (part 1)

Malam lagi. Hidup tak lain adalah pergantian siang dan malam. Cahaya dan kegelapan yang beriring. Seperti pasangan sepatu. "Selalu bersama, tak bisa bersatu". Hahha, perumpamaan ini sedang marak sejak beberapa waktu belakangan. Tapi tak apa, cahaya indah dengan caranya. Pun dengan kegelapan. Siang indah dengan caranya, dan begitu pula malam. Sebab ada yang satunya, maka yang lain jadi indah. Sebab ada yang satunya, maka yang lainnya jadi bermakna.

Malam selalu membuatku jatuh cinta. Bukan kepada seseorang, tapi kepada malam itu sendiri. Seluruh penghuni rumah sudah mulai terlelap. Kamar-kamar lain sudah mulai sepi. Suara-suara riuh khas anak kost semakin redup seiring malam yang semakin larut. Aku ditinggalkan bersama malam. Dengan sebuah jendela yang terbuka lebar, menyajikan gemintang di kanvas langit. Segelas coklat panas masih anggun berdiam di dalam cangkir. Asap harumnya mengepul. Benar-benar tak memberi pilihan untuk menolak. Lampu kamar terpantul sedikit ke permukaannya. Seperti cahaya yang hadir di tengah kegelapan. Mana bisa ditolak. Aku menyesap coklatku sambil memandang taburan gemintang. Seperti mesis putih di atas black forest raksasa. Waktu seperti ini adalah waktu istimewaku dengan malam. Membincangkan cinta dan segalanya dalam kesunyian.

Aku tak pernah membenci malam. Aku tak pernah terlelap tanpa bicara pada malam. Tak apa meski ia tetap diam. Sajian kerlip gemintang dan semilir angin yang sesekali memainkan anak rambutku, sudah lebih dari mampu memberikan ketenangan dalam tidur. Perjalanan singkat ke luar dimensi manusia. Aku tak pernah lupa menyapa malam, meski hanya "Selamat malam, Malam".

Kamis, 09 Oktober 2014

Titian Pelangi

Yosh. Apa yang bisa diceritakan hari ini?

Ada titian pelangi menuju langit. Katanya di ujung pelangi ada kendi emas. Aku ini manusia yang hidup dalam negeri mimpi. Aku percaya, lalu bagaimana?
Kita memilih apa yang kita percayai bukan?

Hei, selamat malam. Dalam perjalanan kita akan kedatangan banyak warna. Warna-warna harapan. Warna-warna cerita. Warna-warna tantangan. Kita harus meniti semuanya, biar kita tahu bagaimana istimewanya ujung pelangi.

Kalau pelangimu terputus di satu titik. Ciptakan lagi saja warna baru. Perjalananmu tak boleh berhenti hanya karena hilangnya satu garis warna.

Yep, selamat berjalan.
Selamat meniti pelangi.
Selamat menjemput kendi emasnya

Waktu Merindumu

aku tak pernah sempurna mampu merindumu
ada banyak garis halus yang melintang di ruang antara kau dan aku

malam masih saja gulita, menyisakan kerlip gemintang
manis memang, cantik memang, tapi tak cukup mengubah malam jadi benderang

rindu ini seperti bait nada yang belum teraksara
indah memang, tapi tak terasa begitu sempurna

aku menunggu, hingga waktu dimana segalanya bebas kita ungkapkan
aku menunggu, hingga mentari gantikan gemintang dan sinari tempat kita terdiam

Rabu, 01 Oktober 2014

Diingat

Beberapa puluh tahun lagi mungkin kamu akan lupa bahwa kamu pernah mengingatku.

Khawatir? Tentu saja

Tapi kita tak bisa memaksa siapapun mengingat kita jika kita tak mampu melakukan apapun.

Tapi kedekatan seperti ini memaksamu menjadi orang yang multi tasking. Yang mampu membagi perhatian secara merata ke semua orang.
Bagaimanapun kita telah sama-sama dewasa, jadi tak ada yg benar-benar perlu dijaga dan dikhawatirkan. Tatap saja lurus apa yang ada di depanmu. Dilupakan atau diingat adalah hal lain lagi yang tak perlu diusahakan.

Yep.
"Bukan demi tuk siapapun juga, cukup mencoba untuk jadi lebih hebat"
Lakukan apa yang memang harus dilakukan. Baru setelah itu, lakukan apa yang kamu suka, dengan caramu. Dan sesekali biarkan oranglain tahu prosesmu, karena tak selalu harus sempurna untuk menunjukkan diri.

Biarkan setiap orang berjalan di jalurnya. Dan kamu di jalurmu. Lalu bila memang sudah waktunya, kamu akan tahu bagaimana mereka mengingatmu. Tanpa perlu merasa terganggu dengan pandangan mereka.