Senin, 15 Desember 2014

Pertemuan

Sampai saat yang ditentukan menjelang perjumpaan, kita hanya mesti bersabar kan?

Terhadap segalanya.

Setiap kita telah sama tahu mana yang merupakan prioritas yang mesti kita jalani lebih dulu. Tentang amanah dan segalanya. Tapi kamu tak hilang kan? Kita sama punya sepasang mata lagi yang kita letakkan di punggung. Saling tahu apa yang saudaranya lakukan, meski tampaknya tak acuh. Kita sama punya sepasang telinga yang kita simpan di hati yang lainnya. Saling tahu apa yang dirasa meski tak cukup waktu duduk bersama.

Kamu tahu, aku rindu. Sangat.

Tapi perjumpaan kita yang sekelebat. Meski tak bisa dikatakan memuaskan, aku juga harus bisa belajar cukup. Kamu tak hilang kan?

Pada awalnya kita membutuhkan yang lainnya. Mungkin lebih banyak aku. Membutuhkan perhatian, sapaan, pemberian. Dan sebagainya. 

Sampai di satu titik, aku tahu menunggumu adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, membosankan, dan menguras kesabaran. Kesibukanmu yang melangit, dan segalanya. 

Maka pada titik ini, aku membalik kebutuhanku. Bukan untuk menambah bebanmu. Bukan untuk menambah urusanmu. Tapi seperti Harun kepada Musa, biarlah kebutuhanku menjadi kebutuhan untuk membantumu. Seperti Harun kepada Musa. Biarkan aku menjadi Harun. Sahabat terbaik yang kau punya.

Maka dengan kebutuhan seperti ini. Waktu yang kau beri untukku tak lagi jadi soal. Asal melihatmu sehat, semangat, dan semakin luar biasa. Maka cukup. Asal kamu percayakan sebagian urusanmu padaku, maka cukup. Pada titik ini, segala harap akan pemberianmu untukku tak lagi jadi soal. Tak lagi jadi kebutuhan.

Biar setiap pertemuan kita lebih banyak berisi tentang "kamu" daripada "aku".