Senin, 31 Desember 2012

Kita

Kita awan kecil
Yang putih. Indah. Mempesona.
Bertabur anggun di kemilau langit biru.
Bergugus. Bertiup. Berarak.
Meneduhkan pejalan yang ringan menjemput asa

Kita awan kecil yang rindu menyatu
Berkumpul. Bergulung
Menyampaikan berkah langit kepada bumi.
Membangkitkan potensi bumi ke permukaan..

Kita awan...
Yang kecil dan meneduhkan. Indah..
Yang besar dan memberi bakti.
Dinanti..

1 Night Before New Year

Akhirnya tadi pagi memutuskan untuk pulang ke kampus. Tadi pagi ada Sidang Umum MPM KM IPB yang akhirnya tertunda lagi karena hal yang belum saya tahu persis kejadiannya.
Oke. Mohon doanya aja buat kelancarannya di depan nanti. Semoga KM IPB cepat selesai masalahnya..
:D

Terus ada janji sama temen sekelompok buat ngerjain tugas yang jadi tiket masuk UAS. Fuuu~~~ dan ternyata netbook tercinta yang sempet dikasih nama "Hippu" sakit.
Mudah-mudahan bisa cepet ke dokter dan tugas saya cepet kelar ya Allah....

Dan ketiga, sebenernya ini alasan utama balik kampus hari ini.
Ada syuro sore hari tadi. Dan sepertinya karena belum diajak tidur bener, finally waktu yang seharusnya buat syuro malah dibuat tidur.
T.T
Ah, banyak dosa saya sama yang hadir syuro.

Dan ternyata temen satu kontrakan baru bakal muncul di kampus tahun depan. Great lah! Malam ini ngabisin waktu sendiri di kost yang harusnya buat 4 orang itu.
Karena lapar dan malas masak juga akhirnya setengah mager juga jalan ke luar buat beli makan. Ditambah bingung kalo makan sendiri di rumah plus Hippu yang lagi ga bisa dibuat nonton... jalanlah saya ke fast food yang ada di kampus. Ermmm.... fast food bukan yaa, agak lama juga sih sebenernya. Tapi lumayanlah jarang ada orang muncul. Dan isinya juga -alhamdulillah- pada sendiri semua.
Hahha...
xP

Dan saya baru sadar kalo ini...satu malam sebelum tahun baru 2013.
Sebentar....ini bukan satnite kan?
*tengok kanan kiri*

Minggu, 30 Desember 2012

Sister and Bear

Dua bungsu + beruang.
Hiburan sendiri liat mereka.

Dulu saya pernah sekecil ini juga yaa....
:D

Kamis, 27 Desember 2012

My Little Sista

Ini adekku yang ke 8. Hahha. New comer alhamdulillah. Namanya Tsabita Shabrina Amaliya insya Allah..

Mau share kejadian tadi sore ahh...
Ceritanya tadi umi lagi siap-siap buat pergi, dan aku yang lagi gendong dia diminta angkat jemuran dulu di atas.

Umi : kaka.... itu jemuran angkat dulu ya. Adeknya taro di tempatnya aja.
Aku : hoo.... sampah kali. Taro di tempatnya.. *sambil jalan ke kasur si dedek*

Pas banget mau ditaro di tempat tidurnya, kontan dia langsung nangis sediiiiihhhh banget. Hwaaa.... ga tega, abang....
x(
Maap ya dek...

Terus karena aku ngangkat jemuran, jadinya si adek digendong umi dulu. Tapi nangisnya ga berenti-berenti masya Allah. Sampe aku selesai angkat jemuran, umi suruh aku gendong dia lagi sama minta maaf. Umi mau shalat dulu juga sih. Baru nangisnya udah agak mendingan tuh pas aku gendong. Udahan umi shalat, adeknya aku kasih umi lagi, soalnya aku belum shalat juga. Hehhe...
Finally, diajak ngobrol dulu sama umi baru deh dia ketawa lagi. So cute...
xD

Buat pelajaran aja, ternyata emang ngomong ga boleh sembarangan. Anak kecil yang baru bisa nangis aja bisa sedih yang artinya dia paham. Apalagi yang udah gede.

Oke. Minta maaf juga buat semua yang aku pernah salah ngomong yak.
Didn't meant to...
>,<

Rabu, 26 Desember 2012

Celoteh Newbie (1) : Qiyadah & Jundiyah


"Undzur maa qoola, wa laa tandzur man qoola"
Kepercayaan. Kesempatan.
Saya pikir dua hal ini ditambah bimbingan cukup untuk membuat seseorang naik ke tahap selanjutnya.
"Lihat esensi yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan"
Berikan kepercayaan secukupnya, dan bimbing ia perlahan. Karena seringkali orang kurang berkembang bukan karena kurangnya potensi, tapi kurangnya kepercayaan dan kesempatan.

Terkadang, ada kondisi dimana orang yang kita kurang percaya, orang yang kita anggap kurang mampu, menjadi pemimpin kita. 
ats-Tsiqoh. Percaya.
Hal kedua setelah al-Fahmu pada 10 arkanul Bai'ah.
Percaya saja siapapun dia kemarin, jika saat ini ia yang menjadi qiyadah kita, maka Allah merasa bahwa sudah waktunya orang tersebut untuk sanggup.
"Laa yukallifullah nafsan illa wus'aha"
Hal ini bukan hanya untuk membantu kita merasa ringan atas ujian yang datang. Tapi bagaimana kita belajar percaya bahwa orang lain pasti mampu menjadi lebih baik, bahwa orang lain mampu mengemban amanah yang saat ini baru ia cicipi.

Okelah, kita sama-sama belajar, kalau ada yang salah dalam postingan ini, dengan segala kerendahan hati saya minta koreksinya.
^^

Saya percaya banyak orang yang mampu dan lebih baik dalam mengelola atau memimpin dibanding siapapun yang saat ini tengah menjadi pemimpin. Tapi percaya saja bahwa Allah punya rencana. Mengajarkan seorang jundi agar mampu menjadi qiyadah bagi orang yang lebih baik darinya, dan mengajarkan seorang qiyadah agar ikhlas menjadi jundi orang yang selama ini ia pimpin.

Setiap orang punya potensi. Itu hal yang menjadi fokus utama saya. Tinggal bagaimana kita mengarahkan setiap potensi ini agar berkembang indah, dan bukan tenggelam apalagi sampai gugur. Entah kita sebagai qiyadah atau jundi. Saya percaya, dimanapun kita, selau ada cara untuk meningkatkan potensi siapapun. Asal kita tahu celahnya.

Bismillah...
Saya harap kita bisa sama-sama belajar, tentang apapun.
Sebab hidup adalah berlari,
berlari menuju kebaikan yang lebih dari sebelumnya.

Kamis, 20 Desember 2012

Tetap Tegak



Hari ini langitku gerimis
Ada guntur kecil yang meringis
Tapi tak apa, selama bumi masih satu
Selalu ada tempat berlabuh

Hari ini langitku sayu
Awan mendung menggayut setengah malu
Tapi tak pernah ada gulita sempurna
Mentari dimanapun, asal masih punya asa

Hari ini banyak kata yang agak berat diterima telinga
Lalu kenapa?
Aku masih tegak berdiri,
berarti masih banyak cadangan energi

Hari ini ada yang bergemuruh
Rusuh
Lalu selama aku tidak runtuh,
bukankah Tuhan percaya aku berpotensi tangguh?

Selasa, 18 Desember 2012

Melepas Batas



Tanpa terasa ini sudah tahun keempat sejak aku menetapkan batasan itu : 
"Enggan menjadi dewasa. Enggan kehilangan sifat kekanakan"
Mungkin aneh, kebiasaan mengamati orang lain membuatku memutuskan untuk membuat batasan itu. Karena setiap orang yang memutuskan untuk "Menjadi dewasa" selalu terlihat berat. Selalu terlihat seakan langit di bebankan ke pundaknya sendiri. Terlihat seakan-akan hanya ada satu pundak yang mampu menjaga bumi tetap pada porosnya. Selalu terlihat lelah, temperamen, dan hilang senyum. Okelah, kalaupun ada seringkali senyumnya terasa kosong. Formalitas. Dan hal seperti itu benar-benar tak sedap dipandang mata. Dan terasa menggangu siklus kehidupan, menyerap segala keceriaan yang ada. Dan itu benar-benar menyebalkan.

Sabtu, 15 Desember 2012

Kagum


Aku mengagumimu seperti kuncup kepada langit
terus tumbuh tinggi hingga semakin mendekati

Aku mengagumimu seperti bulan kepada matahari
Mencoba bersinar sepenuh hati
tanpa perlu kamu ketahui

Aku mengagumi seperti burung kecil kepada rajawali
mencoba terbang dengan kepak kecil setiap hari
Hingga kita dapat bersisi di ketinggian bumi

Kamis, 13 Desember 2012

Bukan Sekadar untuk Bertemu


merindumu... 
seperti berdiri di tengah angin
berhembus lembut penuh perhitungan

merindumu... 
seperti berada dalam padang
bunga yang bermekaran

merindumu... 
seperti menyusun bait-bait lagu
meraba, agar terdengar satu

Sabtu, 08 Desember 2012

Catatan Satu per Tiga


Hai kamu yang disana! Apa kabarnya? Masih bisa dengar suaraku? Masih bisa lihat aku?
Malam menurunkan tirai kegelapan, asal tahu kamu ada itu sungguh lebih dari cukup untuk membuatku tidur dengan nyenyak.

Ssshh... diamlah. Ada anak kecil bermain di bawah tetes ratusan air. Wajahnya sumringah. Hahha, aku sedikit cemburu. Seiring usia yang bertambah, seperti memasukkan koin ke celengan ayam yang kita taruh di pojok ruangan. Semakin lama semakin berat. Hilang cara bahagia karena hal-hal sederhana.

Selasa, 04 Desember 2012

"Allah Tahu dan Sudah Mencatat Niat Kakak..."

"Ketika kita berusaha lebih dan tetap bersyukur atas apa yang terjadi, mungkin itulah yang dikatakan ikhlas."

Dulu....
Dulu sekali, saat itu aku berniat mengikuti sebuah acara. Entah tarhib ramadhan, konser kemanusiaan, aksi solidaritas, atau kegiatan lainnya semacam itu. Ada lebih dari dua orang anak kecil di rumah, dengan persiapan yang tentu saja memakan waktu lama. Membosankan, dan benar-benar menguji kesabaran.

Waktu persiapan yang lama, belum pula perjalanan yang panjang. Ini Jakarta. dengan tingkat kepadatan jalan yang benar-benar menyebalkan. Dan benar saja, begitu sampai disana, yang kudapat hanya penutupan. 
Kesal? Tentu saja. Sebal? Apalagi. Tangis? Sungguh, itu tak tertahankan. Meski enggan menyalahkan saudara sendiri, tapi rasa kesal itu benar-benar meluap tak terbendung. Aku terisak. Menahan perasaan agar tak keluar menjadi pertengkaran. Berulang kali meraung, sedih.

Abi mengangkatku, mendudukkanku di gendongannya. Berjalan perlahan sambil menuntun adikku yang lain dengan tangan satunya. Berulang kali aku menghapus air mata. Terlalu gengsi menangis di tempat setinggi itu. Lautan manusia mulai berbalik arah. Acaranya sudah selesai. Beberapa menoleh ke arahku yang masih tersedu di bahu abi. 

"Kakak turun." Ujar umi. Selalu terdengar seperti akan marah. Meski hendak menolak, tetap saja tak pernah bisa.
Abi menurunkanku perlahan. Aku berdiri di atas rumput. Masih sibuk menghapus airmata yang tak kunjung berhenti. Abi menepuk bahuku lembut, yang malah membuat airmata semakin deras mengalir.

"Kakak mau ikut. Kakak mau ikut.." Ujarku berulang kali sambil terisak. 

Senin, 03 Desember 2012

Dreamer. Partner. Fighter


Ada waktu aku berjalan jauh
Lalu lelah dan kembali
Menemukanmu masih di tempat yang sama
dengan sinar wajah yang tak jua berubah

Ada waktu aku berjalan entah kemana
hilang di pengasingan
tak mengenal barang satu nama
lalu lelah. jiwa dan raga

Lalu kamu hadir
meski tak selalu dengan senyum terpasang
seringkali kita hanya bersisian
membiarkan kata hati menguntai tanpa suara