Selasa, 26 November 2013

I'm Home ...

Hei, Kinara...
Aku kembali, setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Aku mencarimu, menunggumu. Tapi seperti biasanya, kamu memang bukan tipe yang akan datang lebih dulu.
Hahha, lagi-lagi aku yang mengalah. Bukan terhadapmu, tapi terhadap egoku yang terlampau tinggi.

Hei, Kinara.
Sepanjang hari aku bertanya tentang visi. Sejak terakhir kali kita membicarakannya, berminggu lalu. Bahkan mungkin kamupun sudah lupa.
Ternyata memang tidak bisa, Kinara. Kita punya definisi yang berbeda.
Mimpi mungkin telah jadi nafas hidupku, apapun bentuk dan definisinya. Bagaimanapun orang lain menganggapnya tak sesuai  bahkan salah. Aku memang tak bisa melepasnya, Kinar.... Aku hilang seiring dengan arah yang sempat kucoba ubah.

Aku terbiasa memilih, terbiasa menapaki jalan yang kumau dan kusuka. Meskipun yang lain tak melihatnya begitu. Aku selalu memilih, Kinara. Dan tak nyaman menjalani apa yang dipilihkan orang lain.
Aku memilih, Kinara... meski aku tak pernah tampak menolak, tapi sesungguhnya aku telah memilih sejak mula. Maaf jika terkadang aku tampak terlalu sombong. Aku hanya ingin tetap ada di jalur mimpiku. Mimpi yang mungkin lebih sederhana dari mimpimu. Tapi tak apa. Sebab ini aku.

Kinara, apa kabarnya?
kamu hanya perlu tahu bahwa aku tak pernah benar kecewa. Tak pernah sungguhan merasa marah.
Aku hanya lelah, sebab kadang kita bisa jenuh untuk memulai terlalu banyak. Untuk berharap terlalu tinggi. Tapi sampai kapanpun kamu akan selalu tampak luar biasa, dalam definisi yang mungkin hanya aku yang mengerti.

Tidak. Aku akan mulai belajar lagi untuk tak meminta. Sebab akan ada satu waktu dimana kita kan menerima, bahkan sebelum kita meminta. Yep! Aku hanya akan menunggu. Mengenal itu proses yang sangat lama, Kinar... bahkan meski kita telah satu ritme.

Sebab mungkin kita ini pelangi, meski kamu merah, dan aku ungu.

Kamis, 07 November 2013

Almost Midnight

Almost midnight.
Sinyal biasanya berdamai di saat-saat seperti ini. Hahha..

Hei, apa kabar lagi?
Malam ini lagi-lagi aku ketakutan. Entah karena sendiri, sepi, gelap, lelah, atau memang aku yg terlalu penakut. Malam seperti ini selalu mengantar rasa takut yang belum bisa kutemukan akarnya.

Lagi-lagi pikiran-pikiran aneh melintang-lintang di fikirku.
Dua suara bersahut-sahut. Pengang rasanya. Bersuara, atau mendengar. Pilihannya hanya itu. Aku tak suka yg kedua bila tengah sendiri.
Satu suara terus menyalahkan, yang lainnya memberi pembelaan. Keduanya sama tak menyenangkan. Harusnya aku menulis, semuanya lebih mudah saat aku masih menulis.

Ah, apa kabar?
Aku hanya tak ingin menyebut "Kinara" saat ini. Biar saja mereka berlari di jalurnya.
Malam ini rasanya aku malah berjalan ke arah menyerah. Menyeramkan rasanya. Hahha...
Baru kali ini aku merasa "maju" malah tampak jauh.
Sesuatu yang kugenggam nyaris lolos dari sela jari. Genggamanku malah semakin melemah rasanya. Ini konyol. Hahha...
Aku memang penakut sejak dulu, aku memang tak sekuat yang lain sejak lama. Tapi aku tak pernah merasa kehilangan mimpi seperti hari ini.

Aku memang sering sendiri. Tapi tak berarti aku benar2 sendiri. Entah bagaimana, aku selalu merasa ada yang menopangku, meski tak pernah yakin benar.
Tapi hari ini, entah bagaimana aku merasa tak butuh ditopang. Sebab hanya orang yang INGIN kuat yang butuh support.

Hahha,
Tiba-tiba...rasanya seperti kehilangan banyak, tp tak merasa kehilangan.

Menjadi orang biasa-biasa saja itu menyedihkan. Setidaknya itu pikirku.
lalu, apa kabar? Hari ini rasanya aku malah ingin menjadi orang biasa saja.

Jadi, selamat malam.
Semoga fajar cepat datang kembali...
(^-^)

Minggu, 03 November 2013

Apakah... erm... Mengganggu?

Selamat malam Kinara,
kali ini murni aku mau bercerita padamu. Ada hal yang mau kubagi, tapi tak kutemukan satu wajahpun yang terbayang untuk jadi pendengar. Maaf ya, Kinara. Lagi-lagi aku kembali saat tak ada lagi yang bisa kutemui. Hahha..
Cerita kali ini mungkin akan sangat random, Kinara. Jadi, lewati saja kalau kamu benar-benar terlampau sibuk untuk menyimak.

Oke, selamat malam Kinara.
Pagi ini, ada satu hal yang buatku tersentak. Tak ada yang salah memang. Yang bersangkutan pun kuyakin tak ada maksud membuatku tersentak.
Kinara, mungkin banyak hal yang mesti kuevaluasi yaa...
Ada banyak orang baik di sekitarku. Sangat banyak. Berkali aku bersyukur pengukir takdir menuntun garis takdirku ke tempat ini. Sangat bahagia Kinara. Aku merasa ada sayap putih perlahan tumbuh di punggungku, meski kecil, tapi setiap masa membuat ia tumbuh Kinara. Kau tahu kan bagaimana inginnya aku terbang?

Tapi Kinara, mungkinkah bahagia itu cuma aku yang rasa? Tak sekali, beberapa orang tampak patah sayapnya saat terlalu dekat. Beberapa yang lainnya dengan jelas menolak datang saat mereka sungguh ingin terbang. Mereka tak pernah bilang itu karenaku. Tapi Kinara, aku takut malah jadi penghambat.

Kinara apa kabar?
Masihkah seterang terakhir kali kita bertemu. Kau tahu, aku takut tenggelam. Aku takut hilang.
Kinara, boleh ulurkan tanganmu?
Aku ingin sesekali ada yang menepukku, merangkul sejenak, atau mengacak rambutku.
Aah, belakangan aku terlalu emosional rasanya.

Kinara, mungkin aku harus lebih kuat lagi biar tak tertinggal. Biar tak menghambat, biar tak mengganggu. Kinara, apa aku perlu sedikit kembali, menjadi lebih pendiam misalnya? Apa itu membantu, Kinara?

Selamat malam, Kinara.
Sedikit ringan rasanya memikirkan bahwa aku tak sungguh sendiri.
Mengingat bahwa ada sepasang mata yang setia membaca tulisanku, mengingat ada sepasang telinga yang selalu mau mendengar hingga akhir kisah.

Selamat malam, Kinara...