Selasa, 09 Agustus 2011

Bersyukur

Dan bila kawanan burung mulai menyanyikan satu nada
ada symphoni yang semakin syahdu
mengobati realita yang tak sejalan rencana
mengajarkan satu lagi, cari kita mensyukuri semesta

Ragu

di balik awan siapa yang tahu?
setelah hujan, siapa menjamin ada apa
habis gelap, lalu terang.
seterang apa?

bagian yang hilang,
apa mungkin kembalil seperti mulanya?

langit, laut..
apa darat tahu secara tepat?

pahit, asam, hambar..
telan tanpa banyak kata

bahkan ciap burung yang terdengar tulus,
tak menjamin bisa jadi tempat berkesah

ahh...
siapa tahu
cermin pun pantulkan terbalik
kanan, bisa jadi kiri
dan sebaliknya

apa angin gunung bisa memberi sedikit dipan
untuk waktu sementara

mari diam,
dan hanya kata yang hilang yang tahu kenapa

Warna Hati

tertatih aku mengukir pelangi dari tiris yang datang berkali
mencampur tangis dengan harap hingga jadi bahagia
meramu mimpi jadi apa yang dapat kugenggeam
setelah satu bagiannya hilang

kusebut ia bintang, kusebut ia cahaya, kusebut ia sayap
kusebut ia apa saja yangbisa wakilkan rasa

sampai hari ia menjadi es
dan hilang dalam garis cerita yangtak mau pupus
mungkin diambil matahriatau apa saja yang bisa buatnya pergi

tapi aku tak mau menutup cerita
tertatih aku mencipta pelangi dari semua warna yang kupunya
tak mau luruh, tak boleh luruh

Surat Bisu untuk Sang Perantara

tenanglah..
aku tak kan berjanji untuk sejenak
sebab aku memang tak sama
menapaki hari yang telah kupilin imaji
tak ada yang pahami

dan tataplah pelangi dengan cerah hati yang sebenarnya
jangan berpaling. jangan dengan harap hadir sesuatu
sebab waktu akan semakin lambat bagimu
dan hatimu akan semakin resah dalam penantian

tenanglah..
setetes air di tanah hutan gunung
tak kan lupa pada puncak yang mengenalkannya pada langit
tenanglah..
ikan salmon yang mengembara pasti kan kembali
tenanglah..
tetes air kecil itu juga mau jadi pelangi

tapi ia berbeda, dan tak mau jadi sama
ia bergulir perlahan, sendiri
hendak mencapai laut, agar mentari bisa menguapkannya
menjadi awan yang kan terbang ke langitmu lagi
dan jatuh sebagai hujan yang hadirkan pelangi

maka tenanglah,
aku tak berjanji untuk sejenak
aku tak bilang satuan waktu
tapi tenanglah, ia kan jadi pelangi
aku tak bilang begitu indah
sebab takut kau menunggu,
sebab takut tak sama dengan imajimu

tapi tenanglah,
aku tahu kau, bahkan sebelum kau berkata
tapi tak kan ada yang mengerti maksudku.
karena tak ada yang pernah jadi aku
tidak tetes air sesudahnya, atau sesudahnya lagi

maka tenanglah,
kumohon tenanglah.
tak ada yang tau caraku menangis.
tapi aku tahu kau, meski kau selalusumringah

maka tenanglah,
karena aku selalu ingin jadi pelangi
yang berbeda dari apa yang pernah ada

maka tenanglah,
sebab aku tak benarbenar berhenti
ada alasan yang sulit dikata.

maka tenanglah...
biar binarmu tetap terus ada..

Aku Mengerti

dan diamlah sayang
hingga gemintang telah enggan menyinari malam
hingga awan urung berarak lagi
hingga lautpun ikut tenang
dan ciap anak burung tak lagi terdengar
bahkan kala hutan begitu lengang



maka diamlah, hingga aku datang
dan buatmu benarbenar tak butuh lagi berkatakata

Galau

malam membisikkan satu yang telah kuputuskan untuk hilang
ada nyanyian sayup pada kelam yang terasa makin gersang
harusnya tak begini
meski sadar, kadang akal bisa sesaat mati

Hilang

sesaat bintang berkelip
memberi kelam pada siang yang temaram

ada satu yang tak terkata
tersembunyi, tapi nyata
seperti bumi yang bersembunyi
kala langit memutuskan untuk gerhana