Rabu, 03 September 2014

This Is (not) a Game

Selamat malam,
seseorang berkata bahwa hidup ini seperti sebuah permainan.
Yang lain bilang nikmati saja, yang lainnya bilang tapaki setiap levelnya.

Tapi, ada yang berbeda tentang hidup dan game.
Dalam kehidupan, kita tak bisa me-restart semau kita. Jangankan re-start, undo saja tak mungkin. Satu kata yang dikenal di kehidupan jika kita salah adalah : perbaiki. Urusan dimaafkan atau tidak, mungkin bisa belakangan.

Selain itu, tak ada manual book, atau cara bermain yang jelas dalam kehidupan ini. Indikator kenaikan level pun tak ada, seperti berapa poin yang harus dikumpulkan, treasure yang mesti ditemukan, misi yang harus dijalankan. Tidak ada.
Life point, health point, pencapaian level, job description pun tak ada.
Satu hal yang pasti ada : Game Over. Dan itupun tidak jelas kapannya.

Setiap orang yang tetap bermain, beberapa di antaranya akan menemukan tujuannya. Level tertinggi yang mesti dicapai.
Tapi progres pencapaiannya? Berapa level dia meningkat? Siapa yang tahu.

Tapi dalam permainan kehidupan, kita bisa setiap saat kembali ke level 1 bahkan 0.  Bisa turun level kapan saja, bahkan tanpa tahu berapa level yang hilang, karena tak ada penaikan level yang meningkat secara stabil disini. Bahkan mereka yang telah menemukan tujuan, bisa saja ragu dan mengira hal tersebut semu. Lalu kembali ke titik satu atau nol.

Dalam permainan ini kita hanya tahu 2 titik : mula dan akhir. Tapi seberapa banyak level yang mesti dilewati, tak ada yang tahu. Dan lagi, tak ada titik aman pertama, apalagi berikutnya.

Setiap orang yang melihat level puncaknya hanya perlu menuju kesana. Caranya bagaimana? Itu terserah setiap pemain.
Indikatornya jelas : mencapai level tertinggi. Sudah.

Tapi selebihnya tak ada apa-apa.
Hidup ini hanya seperti tinggal di kota pertukaran bagi mereka yang tak menemukan tujuan. Terdiam, atau berputar di tempat yang sama.

Baiklah, aku mengantuk.
Dalam bermain pun kita harus tetap baik.
Jadi, selamat malam...
Aku sudah sangat mengantuk malam ini~