Selasa, 29 April 2014

Larik Jingga Langit Senja

Malam, Kinara...
Sore ini langit indah sekali. Tak hanya sore ini sih. Beberapa hari ke belakang sore selalu terlihat begitu indah.
Egoku tentang beberapa hal perlahan menelusup sela pikir. Tentang syukur yang tergaris panjang dan keinginan berbagi dengan seseorang.

Sore mulai berakhir dan lagi-lagi malam menjadi latar waktu perbincangan kita. Tapi keindahan sore tadi tetap saja melekat di ruang memori kita.

Malam, Kinara.
Sore adalah satu cipta dari banyaknya penciptaan Sang Maha Luar Biasa. Kamu lihat bagaimana mentari jatuh dan larik-larik cahaya yang terurai begitu anggun. Seakan Sang Pencipta tengah menyuratkan cinta-Nya pada hamba-Nya. Seperti kekasih yang setulus hati melukis untuk kekasihnya. Tapi ini lukisan Allah, Kinara. Yang indahnya tiada banding. Bahkan untuk mengangkat kamera saja terkadang aku segan. Bagaimana kalau mata teknologi tak mampu mengabadikan keindahannya secara sempurna?
Kinar, karya yang luar biasa dihasilkan oleh seorang maestro. Keindahan yang luar biasa dihadirkan dari cinta yang juga sempurna. Rindu, Kinar. Rindu akan perjumpaan dengan maestro yang sempurna. Jika karyanya begitu indah, maka bagaimana mungkin penciptanya tak agung?
Sungguh, Kinar. Keindahan sore ini membuatku menikmati jalan lebih dari biasanya. Membuatku lebih memilih menggariskan jalan dengan roda ban daripada diam dalam ruangan. Sebab sore seakan memanggil, mengindahkan hati yang perlahan mulai sedikit mengabu.

Dan satu lagi, Kinar. Sore seperti ini membuatku ingin menghabiskannya dengan seseorang. Duduk di meja makan beratap langit atau sekedar terdiam di tanah lapang. Duduk saja, dan berbincang sesekali tentang matahari atau apapun dalam catatan hidup yang pernah dan akan dijalani. Duduk saja, menikmati matahari yang perlahan bergeser tempat. Menyinari bagian bumi yang lain. Dan hilang perlahan dari langit sini dengan kesan yang begitu indah.
Kinara, jika suatu saat aku pergi. Apakah keindahan akan mengiringi kepergianku? Apakah kesan yang indah itu akan tetap ada meski aku telah tiada?

Malam, Kinara.
Jika suatu hari kita telah selesai dengan urusan kita di bumi. Semoga langit tak jeri menerima kepulangan kita kembali. Semoga Pemilik Keagungan mencatatkan cerita indah tentang perjumpaan kita dengan Sang Kreator Luar Biasa. Dan semoga halaman terakhir catatan kita di bumi juga tertulis indah dan terkenang indah bagi yang masih punya masa.

Jadi, selamat malam, Kinara.
Dan bersama rembulan yang makin meninggi. Juga jalanan yang semakin kita kenal, semoga Allah menjaga semua tapak kita. Dan mengiringi segala keputusan yang kita buat.
Selamat malam, Kinara.
Semoga selimut malam bisa mengangkat lelah setelah seharian berjalan.

Senin, 14 April 2014

Tapi Sisanya Tetap Sama

Malam ini langit syahdu membawakan kisah tentang kita
Mengalun dengan irama lambat malu-malu
Ada dawai celah ilalang dalam tempo satu-satu
Mengiringkan suara tentang kisah kita yang semakin menua

Kamu masih sama saja dengan pertama kali kita bertemu
Binar pagi yang tak pernah meredup dari saat itu
Kamu masih sama saja dengan perjumpaan kita pertama kali
Suara santun yang menggugurkan segala ragu

Lambat kupalingkan wajah ke arahmu
Ada sedikit guratan di tepi matamu saat ini
Tapi sisanya tetap sama :
Ada pancaran semangat juga hati yang hangat

Perlahan kita beranjak dari kursi rotan yang berderit
Menambah romansa malam yang kembali kita selesaikan berdua
Si kukuk, hadiah dari anak kita yang pertama, berkicau
Seakan menggodamu yang kini membungkus hangat telapak tanganku
Tanganmu tidak selembut pertama kali kita berjabat
Tapi sisanya tetap sama :
Kehangatan yang membuatku merasa terjaga


Angin mulai bertiup pelan
Sang ilalang mulai bergoyang lamat-lamat
Satu anak rambutku jatuh ke pelipis
Lembut kau rapikan ia kembali ke tempatnya
Kamu tidak setegap pertama kali kita menghabiskan waktu bersama
Tapi sisanya tetap sama :
Perhatian dan rasa cinta yang membuat segala ragu enggan menetap

Kamu semakin menua
Tapi sisanya tetap sama :
Rasa cinta dan kesetiaan yang telah kita nikmati sepanjang perjalanan ini
Akupun semakin menua
Tapi sisanya tetap sama :
Mata yang hanya memandang ke arahmu saja. Hati yang tak pernah alpa merasakan kehadiran dan rasamu.
Maka nikmat Tuhan yang mana yang mau ku-ingkari?

Minggu, 13 April 2014

Sepotong Bait Rindu


Pertemuan kita singkat saja, dan kelanjutan cerita yang juga hanya sekelebat. Tapi ada bayang yang hingga kini tetap jua bersikukuh untuk lekat.
Hei Zeta, apa titipku pada angin telah sampai ke telingamu?
Tentang bagaimana sekali waktu ada rindu yang melekat di satu-dua ruang pikir.

Tapi, kau tahu...
Allah begitu menyayangi kita. Sangat. Aku juga tak tahu bagaimana kisah ini akan berakhir. Entah dengan kamu atau yang lainnya. Tapi untuk jenak ini, mungkin Allah ingin agar kita menjaga ruang kita masing-masing dan memenuhinya dengan hal-hal yang jauh lebih berharga daripada sekedar pertemuan pelepas rindu.

Hei Zeta,
Apa kabarnya.
Belakangan ada waktu dimana aku takut sekali untuk bertemu. Hingga degup jantung yang begitu berirama mampu membuat semilir angin yang biasanya lekat di telinga terdengar begitu hampa. Kamu tahu bagaimana rasanya aku ingin membawa bantal, atau menyimpan jantungku di salah satu ruangan. Studio misalnya. Biar kamu tak bisa mendengar degupnya dan aku bisa menghadapimu dengan lebih tenang.
Kadang ada kalanya aku ingin membeli topeng kamen rider, hanya agar kamu tidak bisa melihat mukaku yang merah padam setiap kali melihat siluetmu dan cara berjalan yang hampir kuhafal.

Tapi Zeta,
Kamu tahu bagaimana Allah menyayangi kita? Dan seakan menunda setiap perjumpaan yang mungkin kita lakukan.
Kamu tahu bagaimana Allah menjaga kita? Dan seakan memberi batas perjumpaan meski kita berada di ruang yang sama.
Kamu tahu bagaimana Allah melindungi hati kita? Dan seakan membuat mata harus melihat ke arah yang berbeda meski kamu ada disana.

Jadi, Selamat malam, Zeta..
Dan seiring malam yang bergulir, semoga keberkahan sentiasa melimpah padamu, sebagaimana gemintang melimpah di langit malam.

Sabtu, 12 April 2014

Lab Malam

Malam, Kinara....
Setelah satu hari dua malam berdiam di lab, akhirnya tahap kedua dari metode pertama penelitianku selesai.

Ada satu hal yang kerap kali membuatku sedih, bahwa tidak ada yang menawarkan diri saat aku butuh bantuan. Hahha. Tapi sekarang aku mencoba melapang hati, sebab ada begitu banyak hal dalam hidup yang mesti diurusi. Maka sekedar berjalan sendirian sesekali seharusnya tak masalah. Tapi memang beginilah aku, bahkan hanya dengan sepi dan gelap saja aku kesulitan. Tapi, aku percaya bahwa Allah begitu baik. Seperti hari ini. Setelah meminta banyak orang dan tidak ada respon, aku meminta seseorang secara langsung. Aku tak bisa memaksa, Kinar, dan akan sangat bersyukur saat ada yang mau membantu. Dan hari ini, aku ditemani seseorang ke Lab yang ternyata sangat ramai.
:D

Semuanya selesai cukup larut, dengan kondisi ponsel yang mati, aku asik saja mengerjakan segalanya. Dan begitu aku tiba di kamar dan menyalakan ponsel, beberapa sms masuk. Satu diantaranya pesan personal. Aku orang yang sulit meminta bantuan, Kinar. Dan tentu saja tak banyak mendapat bantuan langsung ataupun perhatian tersurat. Maka saat seseorang yang memang kutahu baik -dan selalu baik meski kadang bisa menyebalkan. Hahha- menawarkan bantuan di saat yang tepat, entah kenapa tiba-tiba saja haru itu menyeruak. Hahha. Aku terlalu perasa sepertinya.

Kinar, aku hanya mau titip kata bahwa aku mencintainya karena Allah. Satu dari sahabat terbaik yang kumiliki.
Kata itu tak perlu sampai padanya, aku hanya ingin menceritakannya saja. Sebab aku tak pernah cukup baik mengungkapkan sesuatu. Maka paling tidak, aku ingin membantunya dengan tak lagi banyak bicara.

Dan selamat malam, Kinara.
Semoga berkah Allah menjadi selimut malam bagimu, baginya, dan kita.
:)

Sabtu, 05 April 2014

Tentang Pilihan dan Dendang Doa

Hei Kinara. Hei Ular besi.
Mungkin ada kalanya dalam hidup kita mesti salah memilih. Sekedar agar kita tahu bagaimana luar biasanya rencana yang digariskanNya. Mungkin begitu yang saat ini kualami.
Ada dua hal yang kerap kali mengganggu pikiranku belakangan ini. Tentang menarik ulang keputusan, dan perjumpaan dengan seseorang.

Kinara,
Ada satu hal yang selalu kudendangkan dalam doa yang diam. Semoga tak pernah menyesali setiap langkah yang telah diambil. Pun tentang ini, berkali aku meyakinkan diri bahwa segalanya akan baik. Bahwa segalanya masih dan selalu bisa diperbaiki, ditata ulang.

Beginilah aku, Kinara.
Tak pernah punya cukup kekuatan untuk berhenti. Beginilah aku, Kinara. Tak pernah bisa berhenti dari sesuatu yang telah kupilih untuk dijalani. Bagaimanapun lelahnya, bagaimanapun kesalnya.

Ini bukan karena banyak orang menahanku untuk tetap tinggal. Ini bukan karena banyak hal yang cuma aku yang bisa mengerjakan. Tapi... sebagaimana sulitnya memulai, begitu pula sulitnya berhenti. Aku tak pernah punya cukup kekuatan untuk berhenti, Kinara.

Aku tak pernah punya cukup keberanian untuk berhenti seperti yang lainnya. Aku tetap tinggal. Aku tetap bertahan. Hanya karena aku takut menyesal telah meninggalkannya. Bagaimanapun, menyesali apa yang telah kita lakukan (semoga) lebih baik daripada menyesali sesuatu yang tidak kita lakukan. Maka untuk setiap hal yang aku mau, seringkali tanpa sadar aku memulainya dan (lagi-lagi) tidak bisa berhenti. Meski di tengah jalan aku tak lagi tertarik.

Ini tak hanya tentang hobi. Tapi amanah dan sebagainya pun begitu. Aku pernah satu kali meninggalkan sesuatu yang tak kusuka. Dan sesuatu yang tertinggal jauh lebih menyesakkan daripada jika aku melanjutkan meski berat. Karena itu, aku mencoba untuk tak lagi pernah berhenti di tengah perjalanan. Meski patah, meski terseok, meski bosan, meskipun... orang di sekitarku begitu luar biasa dan aku hanya tambahan. Aku tak pernah lagi punya cukup kesanggupan untuk berhenti.

Kinara,
Kau boleh menganggapku bagaimanapun setelah membaca tentang ini. Tapi doaku akan selalu tetap sama, Kinara. "Semoga aku tak pernah menyesali apapun"
Jika memang sudah terlanjur dijalani, maka biarlah kutapaki hingga akhir. Mungkin Allah punya rencana untukku. Dan apalagi yang bisa jadi energiku selain Rasa Percaya terhadap takdir Allah dan gores naskahNya?
Dan bila aku salah langkah atau kurang waktu untuk menggapai cita yang kumau, maka semoga Allah selalu mengizinkanku memiliki sumber energi yang berlebih. Dan lagi... semoga... dan yang paling semoga adalah... semoga aku tak pernah mendzolimi atau menyakiti siapapun.