Rabu, 24 Februari 2016

Satu Hari di Februari

Selamat siang,
Matahari bersinar tak terlalu garang. Hujan baru saja berhenti, menyisakan genangan air di sana-sini.
Aku berjalan sambil menatap tanah. Berhati-hati atas setiap langkah. Rok yang kupakai sedikit lebih panjang dari seharusnya. Sementara, aku masih mengharapkan pertemuan kita. Mungkin di ujung hari nanti, kau tiba-tiba bisa. Hahha...
Aku tak mau menemuimu dengan rupa yang tak sempurna.

Ular besi berderik di lajurnya. Aku sendiri. Tahun lalu selalu ada kamu, duduk di sampingku. Mengganggu setiap kali aku menyandarkan kepala ke jendela.
"Buat apa ada aku, kalo kamu lebih memilih tidur daripada bicara," ujarmu sambil merajuk. Wajahmu lucu. Lalu kamu malah diam mendengarkan sampai aku kehabisan ide. Begitu terus sampai kita tiba.

Ada cokelat dingin di tanganku. Dan satu bar cokelat batang di tas. Semuanya kubeli sendiri. Padahal ini Februari. Siapa peduli? Toh kamu bukan laki-laki romantis dengan cokelat dan bunga. Dan akupun perempuan yang akan terkikik geli kalau kau berlaku begitu.
Temani saja aku ke perpustakaan. Kita diam saling berhadapan. Atau bersebelahan juga tak apa. Aku sibuk dengan barisan kata, dan kau dengan headset di telinga. Menghabiskan waktu berdua. Itu lebih membahagiakan daripada sebatang cokelat yang diklaim lambang cinta. Kau mau membuatku gendut, hah? Hahha...

Hei, siang ini kamu sedang apa?
Selalu aku yang lebih banyak bicara. Katamu, "Laki-laki penuh misteri itu menarik. Kalau aku bicara banyak, nanti kamu bosan dan menjarak."

Ah. Itu kan asumsimu saja.

Senin, 22 Februari 2016

Sisa

Malam ini padang ilalang menyanyikan lagu sendu
Tentang rindu yang tak pernah tiba pada tuju
Tentang rasa yang dibiarkan larut dalam masa
Tentang cerita yang akhirnya tak sesuai cita

Ada bayang yang menari dalam memori
Sebuah sosok yang menjelma jadi penjaga
Bersama senyum dan rengkuh yang mencacah ragu
Namun satu kepastian tak selalu berarti kebahagiaan

Selamat senja, malam...
Sebentar lagi layar pentas akan terhempas
Mana peduli tentang ampas-ampas yang masih mengentas
Cerita kita akan selesai seperti serbuk kopi di dasar gelas

Jumat, 12 Februari 2016

Orang Baik

Satu tahun satu hari sejak terakhir kali blog ini diupdate...
Hai, apa kabarnya? Kamu yang tak sengaja melintas, kamu yang sekedar iseng membuka lagi, kamu yang mungkin ingin tahu kapan ada hal baru lagi disini, kamu yang diarahkan takdir dan menelusuri baris kata ini lewat mata. Siapapun kamu, apa kabarnya?

Ada banyak hal yang berubah dalam setahun ini. Tapi pada dasarnya kita selalu punya beberapa hal yang tak berubah. Kombinasi yang menjadikan kita tetap "kita".

Hari ini aku berpikir, bagaimana "baik" sama halnya dengan kata "cantik" atau arah mata angin. Terlalu relatif dan tergantung dari mana kita berdiri. Dari arah mana kita memandang.

Mungkin bukan "baik" yang relatif. Mungkin "kurang baik" yang relatif. Atau "salah" yang relatif? Aku masih sulit percaya bahwa "orang jahat" itu ada. Entahlah. Aku masih saja naif. Kalau boleh memilih, aku memilih untuk tak menemui satu diantaranya. Meski mereka benar ada, lebih baik aku tak tahu. Entahlah. Mungkin aku yang terlalu sederhana.