Sabtu, 19 Maret 2016

Hujan, Malam, dan Kamu

Zrass...!
Deru hujan bergemeletuk di atas atap rumah. Berkolaborasi dengan angin yang berhembus dalam melodi tanpa ritme. 

Dingin.
Ada yang meremang di balik lembar baju. Sehelai selimut kurapatkan hingga menyisakan kepala. Memberi ruang bagi mata menikmati layar televisi yang tersaji.

Malam melarut bersama hujan. 
Aku terlarut ke dalam rindu.
Tentang kamu yang muncul dari balik deras hujan. Dengan rambut berbasah-basah dan wajah yang sumringah. Aku yang sumringah. Di satu tempat janji temu, dimana kemungkinan kau tiba hanya seperti lapis kertas agar di permen susu gambar kelinci. Tapi kau tiba.

Deru hujan. Deru memori.
Dingin malam. Dingin rindu.
Dan kamu, kabut masa lalu yang mengajarkan arti rela.

Kamis, 17 Maret 2016

Selarik Angin

Langit dan awan yang patah
Harap dan asa yang merapuh
Bait kata yang beku
Warna yang tak berpadu

Jembatan yang putus tali satu-satu
Sebatang kayu yang rebah
Melintang di atas alir sungai
Antara dua tanah berseberang

Rayap yang mengerogot dari dalam
Badai di belakang
Reriak sungai di bawah kaki
Dan singa di muka

Lebam
Remuk
Tinggal patah

Pada selarik angin
Aku menitip sisa asa..

Sabtu, 05 Maret 2016

Kafe

Secangkir kopi panas
Segelas susu hangat
Hujan deras
Dan gadis di satu sudut

Krim putih
Setangkup es krim
Butir air yang leleh
Suara yang terbungkam

Dua gelas minuman
Satu camilan
Dinginnya hujan
Dan gadis yang sendirian
Di satu kafe
Memutar kenangan