Kamis, 24 Januari 2013

Tirai Hujan

Malam ini angin berhembus lembut. Ada bisik kecik samar terdengar. Dengung namanya terselip di sela.
Duh...angin. dalam tenang malam ini tiba-tiba tergambar sketsa wajahnya. Kaupun semakin sayup bertiup.

Hujan turun rintik. Jarak pandangku semakin sempit. Tapi sejuk makin terasa menyelimuti. Setengah menyadarkanku tentang jarak dengannya.
Terhijab. Seperti tirai hujan. Aku di sisi sini, dan ia di seberangnya.
Berjarak. Tapi entah kenapa aku menikmati setiap detik yang menjaraki. Setiap lembar tirai yang menghijabi.

Ia tak usah tahu. Dan memang tak perlu tahu. Ia cukup berjalan di jalannya seperti biasanya. Dan aku di jalanku. Bahkan sekedar menoleh mencari kehadirannya pun aku ragu. Ini rasa yang bahagia kunikmati dalam syahdu. Mengukir diri untuk hari yang hanya Allah yang tahu.

Kadang ada rasa yang cukup disimpan rapi. Bukan karena tak berani atau takut patah hati. Ini caraku agar bisa melangkah dengan lebih pasti. Sampai waktu yang kan tiba nanti.

Senin, 21 Januari 2013

Kereta Langit

Di suatu tempat awan putih bergulung
Suara harpa peri bergerincing
Di suatu tempat kereta langit terbang
Melesat di ketinggian pandang

Tak ada malaikat
Hanya insan yang penuh niat
Bumi harus hilang pekat
Menebar cahaya, meski pepat kerap melekat

Netralisir

Semoga Allah lekas menghapus semua luka dan prasangka yang muncul tiba-tiba

Lagi-lagi merasa begitu berjarak. Saya tahu jalan yang kita tempuh ini sama. Hanya saja rasanya terlalu jauh jarak yang ada antara kita. Kamu jauh di depan, sementara aku tertinggal di sini.

Berkali aku belajar buat lupa. Tak peduli. Meski ragu bagaimana bisa kita setimbang.
Lalu diam, melihatmu. Aku tahu belum mampu aku buat mendengar ceritamu. Aku tahu jarak kita lebar. Aku tahu belum mampu aku memberi saran. Aku tahu aku tak paham, belum sampai pada tahap pikirmu.

Takut...
Mungkin inginku terlalu sulit.
Takut...
Semua berakhir sama seperti sebelumnya. Kamu jauh....

Aku tahu, seharusnya aku hanya tinggal menegakkan kaki, meluruskan punggung, memantapkan pandang, menguatkan hati, menajamkan fikir. Aku tahu. Tapi bahkan untuk itu saja seperti yg pernah kau bilang, "bahkan sulit".

Biarlah...
Meski rasanya ingin hilang. Meski rasanya ingin mencari tenang. Meski rasanya...aku tahu kita jauh.

Aku juga mau maju. Aku juga mau sampai kesana. Aku juga mau semakin paham.
Maaf kalau langkahku tak secepat kamu. Maaf kalau sayapku tak selebar kamu. Maaf kalau ucapku tak sekuat kamu.

Allah...
Semoga setiap luka dan prasangka yang sempat hadir bisa kikis.

Ya Allah...
Semoga bisa semakin kuat. Bisa semakin cepat.

Sabtu, 12 Januari 2013

One Step Closer

"One step closer to the edge"
Buat penggemar Linkin Park mungkin tahu sepotong kalimat yang aku tulis barusan.
Hahha...
Aku bukan penggemar LP banget banget sebenernya, lagu itu juga ga tau kelanjutan atau teks lengkapnya apa.
Oke, tapi bukan itu yang mau dibahas.

Dulu, pernah ada yang bilang ke aku,
"seringkali kita berhenti justru saat kita tinggal selangkah lagi menuju jalan keluarnya. Selangkah lagi menuju puncak keberhasilan kita"

Masa depan itu adalah hal yang paling gelap. Bahkan dari langit malam sekalipun. Dan mimpi adalah cahaya yang meneranginya.
Tapi tetap saja, jalan di depan sana siapa yang tahu. Antara kita dan akhir cita ada tabir pekat, yang ga akan bisa disibak kecuali dengan gerak.

Kadang saat merasa begitu lelah, penat, bosan, bahkan hampir putus asa, rasanya ingin berhenti saja. Tapi kadang ketakutan bahwa mungkin hanya tinggal satu langkah lagi membuatku ragu untuk berhenti.
"Bagaimana kalau hanya tinggal sedikit lagi? Bagaimana kalau ini yang sebenarnya aku tunggu?"

Setiap langkah yang aku tapaki adalah satu langkah yang membuatku semakin dekat dengan mimpi itu.
"One step closer to the edge"
Di depan sana ada cahaya terang yang menunggu, hanya saja ada tabir pekat yang harus kusibak dulu untuk dapat sampai disana.

Jumat, 04 Januari 2013

Sankyuu... Uhibbuk Fillah bi Idznillah..

bismillah...
berkali-kali rasanya memang perlu berterima kasih.
Seseorang tiba-tiba mencoba masuk, bukannya tak sadar. tapi rasanya cukup menarik.

"saya butuh sahabat" gumamku berkali.
tempat ini luas. dengan segala hal yang begitu baru.

"seseorang yang lebih dari saya. tapi tak terlalu kaku agar saya nyaman dan mampu mendengar nasihatnya." doaku bermalam-malam.
tempatku gelap. dan aku tau di depan sana ada tempat yg lebih terang yang ingin kucapai.
bukan tujuan, hanya tempat transit pertama untuk bisa maju lebih lagi.

"orang yang sudah ada disana, dan bisa menarikku kesana"
ada banyak mimpi yang berseliweran di dalam sini. kadang ada waktu dimana ia perlu dibagi. tapi tak bisa pada sembarang nama. harus ia, entah siapa, seseorang yang telah lebih mengerti.

lalu Tuhan bermain, mungkin memang sejak awal. sebab aku tak percaya kebetulan, yang ada hanyalah garis Tuhan.
Ada yang datang, masuk dan melihat-lihat. "coba saja." Tantang satu sudut hati.
"semoga nyaman" batin sudut lainnya berharap.

ketar-ketir berdoa, "Allah... bukan menafikkan naunganmu, tapi kadang manusia butuh partner agar semakin tegap berjalan ke arahmu. seperti Musa dan Harun. seperti Muhammad dan Abu Bakr. maka izinkan satu sahabat bagiku di tempat ini. sungguh, aku ingin maju. aku ingin tegap."

lalu ia selesai dengan urusannya. apa yang ia ingin tahu mungkin terjawab sudah. sempat takut. andai ia cukup puas dan memutuskan berhenti. maka biarlah, suatu hari semua akan selesai. apa bedanya nanti dan hari ini.

lalu aku belajar bernafas dengan biasa. biar semua duga terasa fatamorgana.
tapi aku tahu. Tuhanku, Allahku begitu murah hatinya.

Ada sedikit harap yang tersudut. Tersimpan rapi biar tak ada yang merasa berat. Biar hanya aku dan Tuhanku yang tahu isinya.
Biar kita berjalan seperti biasa. Tanpa ada hutang rasa.

Rabu, 02 Januari 2013

Jeda

diam. berbalik. dan bergegas.
nanti kita bertemu di ujung jalan ini.
di ujung mimpi ini.

mungkin memang butuh sedikit jarak
hanya sekedar memberi ruang
agar kita dapat semakin berkembang

mungkin memang butuh sedikit jeda
hanya sekedar membuktikan
bahwa segalanya berawal dari keikhlasan