Sore Kinara,
Kampus beberapa hari
ini begitu sepi. Wajarlah, ini hari libur, Kinar. Kehidupan seakan hanya ada di
beberapa titik saja. Tadi aku berkeliling, mencari jalan ke lab tempatku
penelitian. Jarak yang dekat terasa jauh ternyata, Kinar. Banyak pintu-pintu
yang dikunci hari ini.
Kinar, Kinar.
Kau tahu, sepi
seperti ini membuat bayang-bayang abstrak sering menyapa. Pun niat-niat yang
juga tak seharusnya dipikirkan. Kinar, sepi seperti ini seringkali membuat
rindu-rindu hadir tanpa permisi. Apalagi waktu senggang yang lumayan dengan
kegiatan yang setiap hari namun tak banyak. Menahanku tetap di Kota Hujan.
Ini Kota Hujan,
Kinar...
Dengan cuaca yang seringkali bersahabat dengan imaji. Simponi hujan yang berduet dengan romentisme alam seringkali membimbing harap melambung menuju apa yang biasanya tak mampir di waktu yang biasa.
Dengan cuaca yang seringkali bersahabat dengan imaji. Simponi hujan yang berduet dengan romentisme alam seringkali membimbing harap melambung menuju apa yang biasanya tak mampir di waktu yang biasa.
Ini Kota Hujan,
Kinar...
Dan hujan,
seringkali mampu membimbing memori kita ke tempat-tempat penuh kenangan.
Menggali memori kita ke sudut-sudut yang nyaris usang. Menjemput rindu akan
beberapa kejadian. Hingga sesekali ada niatan untuk mengulang beberapa hal.
Lalu kenapa?Apa itu
salah, Kinar? Berpikir itu manusiawi toh? Berharap juga hal yang biasa saja
sebagai manusia. Tapi pertanyaannya sekarang kan tinggal apakah dilakukan atau
diurungkan?
Allahpun tak memberi
dosa buat setiap niat buruk yang terlintas, namun dosa itu baru ada ketika niat
itu jadi dikerjakan. Bahkan Allah memberi balas pahala untuk setiap niat buruk
yang diurungkan.
Kinar, mungkin
memang sulit menahan sesuatu yang diniatkan. Apalagi kalau hal itu tampak
menyenangkan, meskipun sejatinya sia-sia bahkan merugikan. Mungkin karena itu
pula Allah memberinya harga seperti melakukan kebaikan.
Kinar, Kinar,
Kinar...
Ada banyak hal
berharga disini. Lingkungan yang kondusif, teman yang selalu ada, sahabat yang
hampir seperti keluarga, dan segalanya. Syukur itu segalanya bukan? Dalam
banyak cara, banyak ekspresi, banyak jalan. Maka bagaimana aku tak bersyukur
tentang segala yang saat ini ada? Maka biarlah, niat itu kuurungkan. Semoga
saja Allah dapat menghitungnya sebagai bentuk syukurku atas segala kondisi yang
telah Allah gariskan ini. Aku hanya ingin belajar bersyukur, Kinar.
Mempertaankan segalanya tetap dalam batas, tetap dalam koridor. Keinginan itu
ya ada, niat juga sesekali tetap saja, tapi masalahnya sekarang kan tinggal
dikerjakan atau diurungkan, semoga saja Allah selalu memberi kekuatan untukku
bertahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Show your opinion here. #BeraniNulis.. ^o^