Mabit LPQ Perdana 10 Maret 2012
Materi : Tarbiyah Ruhiyah
Apa itu Tarbiyah Ruhiyah?
Pengertian singkatnya itu tentang bagaimana kita mendidik
atau membina ruhiyah kita sendiri. Kan ada tiga komponen ruhiyah, yaitu
Tarbiyah Ruhiyah, Fikriyah, kemudian Jasmani. Semuanya sebenarnya penting, tapi
mungkin yang menjadi pokok adalah Tarbiyah ruhiyah.
Sebenarnya esensinya itu apa untuk diri kita sebagai aktivis
dakwah? Pentingkah? Mengapa penting?
Misalnya begini, kalian misalnya katif di BEM, Dewan
Mushala, kegiatannya banyak, berdakwah, dan blablabla. Tapi ternyata dalamnya
kosong. Misalnya sehari itu ga tilawah, ga Dhuha, kira-kira masuk ga dakwah
kita ke orang lain? Jadi istilahnya kita menyampaikan apa yang tidak dilakukan,
maka itu tarbiyah Ruhiyah menjadi penting. Banyak pekerjaan dakwah, tapi
hatinya kosong. Padahal yang penting itu hubungan dengan Allah dulu, baru
dengan manusia.
Manusia itu mengalami masa-masa futur. Dimana ketaqwaannya
meningkat, ada di QS Asy-Syams ayat 9 : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
jalan kefasikan dan ketaqwaan”. Karena itulah, iman kita menjadi naik turun.
Maka kefuturan itu wajar, namun jangan dijadikan alasan, tapi perbaharui dengan
“Laa ilaha illa Allah”. Jadi, ketika kita tahu bahwa iman itu fluktuatif, maka
berusahalah untuk meningkatkan ketaqwaan dengan cara :
1.
Mu’ahadah. Artinya,
mengingat atau mengikat perjanjian. Misalnya dalam sholat, dalam surat
Al-Fatihah : “Iyyaka Na’budu wa iyya ka nasta’in”. Misalnya di sepertiga malam
kita berkhalwat dengan Allah. Sehari itu kita memiliki 24 jam, masa sih kita ga
punya waktu sejenak untuk Qiyamul Lail, yang paling lamanya sekitar satu jam?
Kadang, kalau kita curhat sama teman itu khan bisa berjam-jam, masa sama Allah
Cuma sejenak, bahkan 5 menit aja udah nyerah?
2.
Musyarokah. Istilahnya
itu berikrar dlaam hati. Setelah kita tahu kalau iman fluktuatif, maka kita
ber-azzam dalam hati. Misalnya hari ini saya mau shalat Dhuha, tilawah 3 juz,
dan lain-lain. Jadi, ada lah penetapan kita dalam satu hari itu mau ngapain.
Menargetkan.
3.
Muroqobah. Merasa
diawasi oleh Allah dalam segala tindakan apapun.
4.
Muhasabah. Kalau
tadi yang kedua itu penetapan, maka muhasabah ini adalah evaluasi dari kegiatan
tersebut. Tercapaikah?
5.
Muaqobah. Menghukum
diri. Setelah kita menetapkan, lalu mengevaluasi, ternyata ga nyampe nih, maka
kita meng-iqob diri kita, misalnya shodaqoh.
6.
Mujahadah.
Bersungguh-sungguh. Setelah kita iqab, maka kita bersungguh-sungguh, agar
target yang berikutnya bisa tercapai.
7.
Nah, yang terakhir ini Muatabah.
Muatabah itu kita menyadari akan kekurangan diri kita. Jadi setelah kita
bersungguh-sungguh, kita sadar akan kekurangan diri kita. Nah, setelah
dievaluasi ternyata target tidak tercapai, maka kita tahu bahwa ada
“penghalang”, jadi kita coba dengan metode yang lain jika metode sebelumnya
tidak dapat digunakan.
Kalau di dalam buku “Tarbiyah Ruhiyah” Said Hawwa, disitu
itu dijelaskan sedikit tentang ini....emm... di antara latihan ruhani yang
disarankan :
1.
Shalat fardhu 5 waktu
berjamaah
2.
Menegakkan shalat dhuhaa,
tahajud, dan witir
3.
Mengerjakan sunnah rawatib
4.
Jika memungkinkan
melaksanakan shalat tasbih setiap hari
5.
Mengatur dan menentukan
saat pengkhataman al-Qur’an
6.
Menyibukkan diri
7.
Membaca wirid, misalnya
yang setelah sholat, almatsurat
8.
Puasa di hari yang
memungkinkan
9.
Membiasakan sedikit makan,
sedikit bicara, dan sedikit bergaul
Sesi Tanya Jawab :
è Maksud berkhalwat dengan Allah itu apa?
è
Khalwat itu maksudnya
berduaan, jadi kalau berkhalwat dengan Allah itu maksudnya menyediakan waktu
khusus sama Allah.
è Membatasi bergaul itu maksudnya gimana?
è
Gini, saya pernah membaca,
bahwa syahwat itu adalah banyak makan, bicara, dan tidur. 3 hal itu mudah
mengeraskan hati kita. Misalkan makan, kita perhatikan halal dan thoyyib nya,
Jangan terlalu banyak bicara, maksudnya jangan terlalu banyak bercanda. Nah,
jangan terlalu banyak bergaul itu maksudnya bagaimana kita “men-shibghoh” bukan
“tershibghoh”, jadi diperlukan lingkaran atau komunitas yang baik untuk
menguatkan.
è
Tapi pergaulan itu
dibutuhkan juga, jadi tanpa pergaulan yang luas itu perlu juga untuk memperluas
sayap dakwah, karena dakwah jika tidak berkembang maka ia berpotensi untuk
mati.
è
Jadi gini, sedikit
bergaul. Jadi memang benar, ketika kita
banyak bergaul,maka akan menyebabkan lebih banyak bercandanya, tertawanya.
Kalau seandainya bergaulnya itu tilawah, berdakwah, ga masalah. Jadi selama
bergaul itu dalam rangka mencari kebaikan, maka ga masalah. Misalnya bergaul
dengan pencuri, ga masalah kalau kita kuat dan kemudian menjadikannya baik,
tapi kalau kita belum kuat salah-salah malah kita yang terbawa oleh mereka.
Pematerinya siapa ukht...?
BalasHapuswiiiiiiiiiiiiiih mantaaap ini. . .
BalasHapuscontek dulu ahh materinya :D
syukron ru-chan
Afwan kidd
Hapus:D